Pada
awalnya kegiatan budidaya moina dengan media Chlorella difokuskan kepada
bagaimana mendapatkan hasil roduksi yang maksimal, namun setelah dilakukan beberapa
kali dalam wadah berkapasitas 30 Ton, terdapat hasil samping yang juga dapat
memberikan nilai tambah bagi usaha budidaya tersebut, nilai tambah tersebut
adalah keberadaan Chironomus (Bloodworm) yang sering ditemui pada saat panen
dengan jumlah yang cukup banyak. Chironomous adalah serangga kecil yang
bentuknya mirip dengan nyamuk, spesies chironomous bermacam-macam dan tersebar
luas di dunia, tidak seperti larva nyamuk yang sebagian besar hidupnya berada
di permukaan air dengan tujuan untuk bernafas, larva chironomous hidup di dasar
perairan atau menempel pada tanaman dan benda-benda tenggelam lainnya.
Larva
chironomous yang biasa dikenal sebagai bloodworm banyak digunakan sebagai pakan alami ikan
terutama untuk ikan hias atau pakan alternatif pada benih ikan lain jika
ketersediaan cacing sedang sulit ditemukan. Kandungan nutrisinya yang kaya
protein membuat pakan alami ini sangat disukai oleh pembudidaya. Kandungan
protein bloodworm dapat mencapai 56,60% serta lemak 2,80%, selain itu juga
mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin (Priyambodo dan Wahyuningsih,
2003)
Dalam
kegiatan budidaya masal Moina, bloodworm
banyak ditemukan pada saat proses panen, baik dalam keadaan melayang ataupun
masih melekat dalam kepompong di dasar bak.
Untuk mendapatkannya sebagai hasil samping dari budidaya Moina maka
perlu dilakukan sortasi pada saat pemanenan Moina, dengan demikian nilai tambah
dari budidaya menjadi meningkat.
Beberapa
tahapan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bloodworm sebagai hasil samping
budidaya Moina adalah tentu saja adalah dengan melakukan budidaya Moina itu
sendiri, tahapan yang dimaksud diantaranya meliputi persiapan wadah, pemupukan,
inokulasi Chlorella sebagai media budidaya Moina, panen dan sortasi.