Kutu air (Moina |
Untuk mengurangi
ketergantungan penyediaan pakan alami maka tidak lain tidak bukan kita harus
dapat mandiri dengan memproduksi sendiri pakan alami tersebut, saya ambil
contoh salah satu pakan alami yang sangat penting bagi pertumbuhan awal larva
ikan air tawar adalah kutu air (Moina), pakan alami ini cukup penting
keberadaannya karena disamping ukurannya kecil cocok untuk awal-awal umur larva,
pakan alami ini juga dapat menjadi substitusi bagi artemia yang keberadaannya kini
semakin sulit dan mahal.
Melihat
kondisi tersebut saya akan coba berbagi sedikit pengalaman saya mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi pembudidaya ikan dan dapat diterapkan diberbagai daerah
namun tentunya dengan beberapa modifikasi atau penyesuaian jika diperlukan karena
setiap lokasi mungkin dapat berbeda baik kondisi lingkungannya ataupun bahan
baku yang tersedia.
Pakan alami baik fitoplankton maupun zooplankton sesungguhnya dapat
diproduksi secara massal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya
toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Fitoplankton dalam
pembenihan dapat berperan ganda, selain dapat ditambahkan secara langsung dalam
bak pemeliharaan larva juga dapat digunakan sebagai pakan dalam kultur
zooplankton. Salah satu jenis fitoplankton tersebut adalah Chlorella yang juga
berperan sebagai pakan/media
hidup bagi Moina. Berdasarkan hasil perekayasaan yang telah
dilakukan oleh BPBAT Sungai Gelam terhadap budidaya Moina. menunjukkan hasil bahwa Moina dapat tumbuh baik
pada media budidaya dengan menggunakan Chlorella dibandingkan dengan media budidaya
dari jenis fitoplankton lain (seperti Scenedesmus,
dll).
Identifikasi Chlorella
Sebelum kita menggunakan media ada
baiknya kita lakukan identifikasi mikroskopis terlebih dahulu, apakah
fitoplankton yang kita gunakan merupakan Chlorella atau alga jenis lain. Chlorella
merupakan alga hijau yang termasuk dalam kelas Chlorophyceae. Chlorella berbentuk bulat atau bulat telur, hidup
soliter, merupakan alga yang bersel tunggal tetapi kadang – kadang bergerombol
dan mempunyai kandungan protein sebesar 50%. Diameter sel berkisar antara 2- 8
mikron, berwarna hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding
selnya keras terdiri atas selulosa dan pektin. Sel ini mempunyai pitoplasma
berbentuk cawan, dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan
seakan–akan tidak bergerak dan dapat hidup di air yang menggenang dengan sumber
makanan yang cukup, Chlorella ini dapat berkembangbiak dengan cara membelah sel.
Teknik Kultur Chlorella
Untuk dapat mencapai Chlorella
dalam jumlah yang cukup untuk budidaya masal moina maka terlebih dahulu
dilakukan kultur secara bertahap mulai dari skala laboratorium, semi outdor
sampai dengan skala massal pada bak outdor.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan dan perekayasaan yang telah dilakukan di laboratorium kualitas air Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, maka bahan-bahan untuk chlorella pada skala lab dapat menggunakan bahan-bahan seperti dalam tabel di bawah ini.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan dan perekayasaan yang telah dilakukan di laboratorium kualitas air Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, maka bahan-bahan untuk chlorella pada skala lab dapat menggunakan bahan-bahan seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. media PHM disajikan pada Tabel.
*)Semua larutan
disterilisasi dalam autoklaf selama 20 menit (1 atm) pada suhu 121 OC.
Setelah steril masukkan larutan sbb :
Tabel 2. larutan
kimia tambahan
Tabel 3. Stok
larutan Trace metal
Selanjutnya media
PHM tersebut dimasukan ke dalam erlenmeyer sebanyak 250 ml dan ditutup dengan
aluminium foil kemudian sterilkan di dalam autoklaf selama 20 menit (1 atm, 121
OC). Media tersebut kemudian dibiarkan sampai dingin sebelum
digunakan sebagai media kultur. Pada kondisi suhu media PHM dingin kemudian dimasukkan
larutan FeCl3.6H2O, KH2PO4, Na2EDTA
dan inokulan Chlorella. Untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar maka tabung
erlenmeyer kemudian ditutup rapat dengan sekat karet yang dilubangi 2 buah
untuk lubang aerasi.
Gambar Kultur Chlorella skala lab
Selama proses
kultur dilakukan pencahayaan dengan lampu neon dan Setelah 7 hari dan warna
media terlihat hijau pekat, maka Chlorella dipindahkan ke volume media yang
lebih besar secara bertahap yaitu 500 ml,1000 ml dan 3000 ml.
Budidaya massal Chlorella dilakukan pada wadah ber volume
4000 liter. Pada budidaya skala ini dapat dilakukan secara berkesinambungan
dengan cara melakukan kultur secara simultan dengan menggunakan beberapa bak
semen atau keramik bervolume 4000 Liter.
Adapun prosedur
kultur Chlorella skala massal adalah sebagai berikut :
- Air Media sebanyak 3000 liter yang telah disaring dengan filter bag dimasukkan kedalam bak kemudian disterilkan dengan klorin 10 ppm dan diaerasi selama 24 jam.
- Inokulan Chlorella sebanyak 1000 liter dimasukkan kedalam air media sehingga total volume yang terisi dalam bak pemeliharaan adalah 4000 liter.
- Pupuk teknis yang terdiri dari : Urea 300 gram, TSP 300 gram, tepung ikan 150 gram, tepung kedelai 150 gram, dan dedak 300 gram dimasukkan kedalam air media bervolume 4000 liter kemudian diaduk dan diaerasi.
- Chlorella dapat dipanen setelah 7 hari pemeliharaan.
- Untuk kultur Chlorella tahap selanjutnya dilakukan dengan memindahkan inokulan sebanyak 1000 liter yang disaring dengan filter bag kedalam bak budidaya yang sudah disterilkan dan ditambah dengan air sebanyak 3000 liter yang juga disaring dengan filter bag dan dipupuk dengan dosis pupuk seperti tersebut diatas.
Dengan
metode tersebut umumnya pertumbuhan Chlorella akan bergerak secara eksponensial
pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 atau ke-9 dengan tingkat kerapatan sel
berkisar antara 9.4 x 104 –
75.6 x 104 sel/ml. Atau dengan rata-rata kepadatan puncak 69.3 x 104.sel/ml bergantung pada kondisi
cuaca dan suhu sekitarnya
Selain
penggunaan pupuk dan cuaca beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan yaitu
kualitas inokulan dan adanya kontaminasi, dua hal tersebut juga cukup
berpengaruh dalam menentukan keberhasilan proses kultur Chlorella.
Budidaya Massal Moina
Setelah produksi Chlorella
dirasakan cukup stabil maka usaha untuk budidaya Moina dapat dilakukan, Ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan dalam budidaya massal moina, proses tersebut diantaranya adalah
sterilisasi wadah, kultur massal Chlorella sebagai media budidaya, inokulasi
dan pemeliharaan moina sampai dengan pemanenan.
Wadah yang digunakan dalam
hal ini adalah bak beton berkapasitas 30.000 liter, dalam proses sterilisasinya
dilakukan pengeringan dan penjemuran selama minimal 24 jam kemudian dilakukan
klorinisasi air media dengan dosis 30 ppm. Untuk menghilangkan residu klorin
maka ke dalam air media budidaya diberi aerasi kuat selama minimal 24 jam.
Proses selanjutnya adalah
pemupukan air media untuk menumbuhkan phytoplankton yang dalam hal ini adalah Chlorella
Jenis dan jumlah pupuk tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk yang
digunakan
Setelah dilakukan pemupukan
maka pada hari berikutnya dimasukan inokulan Chlorella ke dalam air
media kultur, jumlah inokulan yang
dimasukan sebanyak 20 liter dengan kerapatan sel 3.106 – 5.106
sel/ml. Inokulasi Moina dilakukan pada hari keempat saat Chlorella berada dalam fase
eksponen dengan kerapatan sel 5.106-8.106 sel/ml.
Jumlah moina yang dimasukan
sebagai inokulan adalah sebanyak 500 gr, hal yang harus diperhatikan dalam
proses inokulasi adalah inokulan moina yang digunakan bukan berada dalam tahap
naupli ataupun remaja akan tetapi harus merupakan induk produktif yang siap
bereproduksi, hal ini bertujuan untuk mempercepat siklus budidaya. Semakin lama
proses perkembangan dan pertumbuhan moina dapat beresiko untuk kemungkinan
terjadinya kekurangan media Chlorella yang diakibatkan oleh berkurangnya
nutrien dalam media tersebut. Setelah 3-4 hari proses kultur maka
moina dapat dipanen dan dilakukan sortasi, indikator secara visualnya adalah
warna perairan media mulai bening atau kecoklatan. Pemanenan moina dilakukan
dengan menggunakan planktonet yang diletakan pada outlet bak kultur.
Moina yang sudah dipanen dan dibersihkan kemudian dapat dikemas
dalam plastik klip untuk selanjutnya disimpan dalam freezer sebagai pakan alami
stok bagi larva ikan. Umumnya larva ikan yang menggunakan pakan moina beku ini adalah
larva ikan patin, lele, dan banyak ikan hias yang menggunakan pakan tersebut
bahkan tidak hanya untuk larva tetapi juga pengganti cacing sutera bagi indukan.
Mungkin
kelihatannya agak sedikit rumit prosesnya namun bayangkan jika pembudidaya
dapat mandiri dalam hal penyediaan pakan alami tersebut, pastinya akan sangat
membantu belum lagi dengan tahapan proses seperti di atas jika dilakukan dalam
bak berkapasitas 30 Ton dengan kondisi optimum dapat menghasilkan Moina hingga
10-12 Kg dalam setiap siklusnya.
Sampai
disini semoga informasi ini dapat bermanfaat, pada kesempatan berikutnya saya akan
bagikan lebih dalam terkait faktor-faktor yang menentukan dalam keberhasilan usaha budidaya Moina.
Selamat mencoba..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar