Pages

Minggu, 25 Agustus 2019

PANEN BLOODWORM DARI HASIL SAMPING BUDIDAYA MOINA


Pada awalnya kegiatan budidaya moina dengan media Chlorella difokuskan kepada bagaimana mendapatkan hasil roduksi yang maksimal, namun setelah dilakukan beberapa kali dalam wadah berkapasitas 30 Ton, terdapat hasil samping yang juga dapat memberikan nilai tambah bagi usaha budidaya tersebut, nilai tambah tersebut adalah keberadaan Chironomus (Bloodworm) yang sering ditemui pada saat panen dengan jumlah yang cukup banyak. Chironomous adalah serangga kecil yang bentuknya mirip dengan nyamuk, spesies chironomous bermacam-macam dan tersebar luas di dunia, tidak seperti larva nyamuk yang sebagian besar hidupnya berada di permukaan air dengan tujuan untuk bernafas, larva chironomous hidup di dasar perairan atau menempel pada tanaman dan benda-benda tenggelam lainnya.
Larva chironomous yang biasa dikenal sebagai bloodworm  banyak digunakan sebagai pakan alami ikan terutama untuk ikan hias atau pakan alternatif pada benih ikan lain jika ketersediaan cacing sedang sulit ditemukan. Kandungan nutrisinya yang kaya protein membuat pakan alami ini sangat disukai oleh pembudidaya. Kandungan protein bloodworm dapat mencapai 56,60% serta lemak 2,80%, selain itu juga mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin (Priyambodo dan Wahyuningsih, 2003)
Dalam kegiatan budidaya masal Moina, bloodworm banyak ditemukan pada saat proses panen, baik dalam keadaan melayang ataupun masih melekat dalam kepompong di dasar bak.  Untuk mendapatkannya sebagai hasil samping dari budidaya Moina maka perlu dilakukan sortasi pada saat pemanenan Moina, dengan demikian nilai tambah dari budidaya menjadi meningkat.
Beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bloodworm sebagai hasil samping budidaya Moina adalah tentu saja adalah dengan melakukan budidaya Moina itu sendiri, tahapan yang dimaksud diantaranya meliputi persiapan wadah, pemupukan, inokulasi Chlorella sebagai media budidaya Moina, panen dan sortasi.

Sabtu, 24 Agustus 2019

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN BUDIDAYA MOINA DENGAN MEDIA CHLORELLA



Setelah membahas bagaimana cara budidaya Moina dengan media Chlorella beberapa waktu lalu, pada kesempatan ini saya akan mengulas kembali lebih dalam tentang beberapa faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya Moina dengan media Chlorella.
Faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi keberhasilan diantaranya seperti kualitas inokulan, kualitas media, cuaca, dan adanya kontaminan. Pada saat seluruh variabel berada dalam kondisi optimum maka usaha budidaya Moina akan berjalan dengan lancar, namun bila salah satu atau sebagian tidak terpenuhi secara optimum maka metode-metode alternatif harus dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan budidaya Moina.

Rabu, 21 Agustus 2019

BUDIDAYA MOINA DENGAN MEDIA CHLORELLA

Kutu air (Moina

Beberapa waktu yang lalu saya sempat survey beberapa lokasi pembudidaya ikan di sekitar Jabotabek (Jakarta, Bogor dan sekitarnya), dari hasil survey tersebut ada beberapa hal kesamaan dalam kendala mereka selama melakukan kegiatan budidaya terutamanya adalah masalah ketersediaan pakan alami yang semakin sulit karena lingkungan yang semakin padat dan terhimpit pembangunan infrastruktur serta limbah-limbah industri dan rumah tangga. Padahal pakan alami itu sendiri merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan usaha budidaya ikan. Pemberian pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan memperkecil persentase larva yang mati.
Untuk mengurangi ketergantungan penyediaan pakan alami maka tidak lain tidak bukan kita harus dapat mandiri dengan memproduksi sendiri pakan alami tersebut, saya ambil contoh salah satu pakan alami yang sangat penting bagi pertumbuhan awal larva ikan air tawar adalah kutu air (Moina), pakan alami ini cukup penting keberadaannya karena disamping ukurannya kecil cocok untuk awal-awal umur larva, pakan alami ini juga dapat menjadi substitusi bagi artemia yang keberadaannya kini semakin sulit dan mahal.
Melihat kondisi tersebut saya akan coba berbagi sedikit pengalaman saya mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembudidaya ikan dan dapat diterapkan diberbagai daerah namun tentunya dengan beberapa modifikasi atau penyesuaian jika diperlukan karena setiap lokasi mungkin dapat berbeda baik kondisi lingkungannya ataupun bahan baku yang tersedia.
Pakan alami baik fitoplankton maupun zooplankton sesungguhnya dapat diproduksi secara massal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Fitoplankton dalam pembenihan dapat berperan ganda, selain dapat ditambahkan secara langsung dalam bak pemeliharaan larva juga dapat digunakan sebagai pakan dalam kultur zooplankton. Salah satu jenis fitoplankton tersebut adalah Chlorella yang juga berperan sebagai pakan/media hidup bagi Moina. Berdasarkan hasil perekayasaan yang telah dilakukan oleh BPBAT Sungai Gelam terhadap budidaya Moina. menunjukkan hasil bahwa Moina dapat tumbuh baik pada media budidaya dengan menggunakan Chlorella dibandingkan dengan media budidaya dari jenis fitoplankton lain (seperti Scenedesmus, dll).

Identifikasi Chlorella
Sebelum kita menggunakan media ada baiknya kita lakukan identifikasi mikroskopis terlebih dahulu, apakah fitoplankton yang kita gunakan merupakan Chlorella atau alga jenis lain. Chlorella merupakan alga hijau yang termasuk dalam kelas Chlorophyceae. Chlorella berbentuk bulat atau bulat telur, hidup soliter, merupakan alga yang bersel tunggal tetapi kadang – kadang bergerombol dan mempunyai kandungan protein sebesar 50%. Diameter sel berkisar antara 2- 8 mikron, berwarna hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas selulosa dan pektin. Sel ini mempunyai pitoplasma berbentuk cawan, dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan–akan tidak bergerak dan dapat hidup di air yang menggenang dengan sumber makanan yang cukup, Chlorella ini dapat berkembangbiak dengan cara membelah sel.

Teknik Kultur Chlorella
         Untuk dapat mencapai Chlorella dalam jumlah yang cukup untuk budidaya masal moina maka terlebih dahulu dilakukan kultur secara bertahap mulai dari skala laboratorium, semi outdor sampai dengan skala massal pada bak outdor.